Islam di Andalusia (Spanyol)
Sumber Gambar: http://patahkekeringan.blogspot.co.id |
Spanyol selama ini dikenal sebagai negara matador, negara yang
mempunyai kebiasaan adu banteng. Negara yang nama aslinya Estado
Espanyol ini merupakan salah satu negara tertua di dunia. Ia merupakan
bangsa penakluk dan paling luas pengaruhnya pada masa lampau. Bahkan
pada masa Hapsburg pernah menjadi negara adi kuasa di dunia. Tetapi
generasi selanjutnya, tidak mewariskan pembaruan yang berarti.
Mayoritas penduduknya beragama Katholik hingga mencapai 90% dari jumlah
keseluruhan.
Bila di terawang lebih jauh, negara yang
dahulunya disebut Andalusia itu menyimpan sejarah yang panjang. Sebuah
sejarah Islam yang penuh dengan warna; kejayaan dan keruntuhan Islam,
simbol perlawanan kaum muslim terhadap Kristenisasi yang dilancarkan
Barat, dan berbagai kegelisahan yang melanda kaum muslim Spanyol.
Islam
di awal perkembangannya merambah hingga Afrika dan Eropa, termasuk
sebagian besar semenanjung Iberia yang kini dikenal sebagai wilayah
Portugal dan Spanyol. Secara historis, munculnya Islam di Spanyol
dimulai dari perjuangan yang dilakukan Thariq ibnu Ziyad. Saat itu
sebanyak 7.000 pasukan yang dipimpinnya tiba di dataran Andalusia.
Mereka mengarungi selat yang memisahkan tanah Maroko di Afrika Utara
dengan Eropa. Peristiwa pada tahun 711 itu mengawali masa-masa Islam di
Spanyol.
Thariq mengalahkan pasukan Raja Rodherick di
Bakkah. Setelah itu maju untuk merebut kota Cordoba, Granada dan
Toledo. Ketika merebut Toledo, Thariq di perkuat dengan 5.000 orang
tentara tambahan yang dikirim Gubernur Musa ibnu Nushair. Thariq
sukses. Bukit-bukit di pantai tempat pendaratannya lalu dinamai Jabal
Thariq, yang kemudian populer dengan nama Gibraltar.
Selanjutnya
Islam mengalami masa kegemilangan di Spanyol. Tempat-tempat strategis,
seperti jalan-jalan dan pasar-pasar, yang tadinya hancur direhab.
Distribusi tekstil, kayu, logam dan industri barang-barang tembikar
semakin lancar. Dibidang pertanian, mulai dikenalkan sistem irigasi
yang lebih maju kepada masyarakat Spanyol yang sebelumnya buta akan
teknik bertani. Mereka diajarkan membuat roda air (water wheel)
penggerak pompa hidrolik. Bagi petani yang tinggal jauh dari sumber
air, atau dataran-dataran tinggi dibuatkan dam, saluran sekunder,
tersier dan jembatan air.
Sejumlah bangunan Islam juga
mulai didirikan, diantaranya; Masjid Cordoba, tembok Toledo, Masjid
Sevilla, Istana Al-Hamra Granada dan sebagainya. Perkembangan Islam
semakin luar biasa dengan lahirnya filsuf-filsuf muslim. Sebut saja :
Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail dengan karya monumentalnya Hayy bin Yaqdzan,
Abbas ibnu Fammas (pakar kimia dan astronomi) dan Ibnu Rusyd.
Di
Cordoba yang menjadi pusat ilmu dan teknologi Islam, sekaligus pusat
kebangkitan (renaissance) Eropa itu dibangun pula patung-patung para
tokoh terkenal abad pertengahan, seperti: patung Ibnu Rusyd (Averroes)
dan muridnya Musa bin Maimun (Maimonedes).
Kekayaan umat
Islam di Spanyol sejak zaman Cordoba (756-1031) hingga zaman Granada
(1232-1492) berdampak positif terhadap kehidupan umat agama lain.
Terutama Yahudi yang dihina dan dianiaya di seluruh Eropa, tetapi
mendapat tempat terhormat di kalangan umat Islam Spanyol. Solomon ben
Gazirol, penulis buku History of the Jews (1986) menyebutkan masa
pemerintahan umat Islam di Spanyol adalah masa keemasan (the golden
age).
Sayangnya, kekayaan Islam hanya bertahan sampai
sekitar 750 tahun. Setelahnya, muslim di Spanyol mulai tak berdaya dan
tak bisa berbuat banyak di negeri itu. Tonggak perjuangan yang di
pancangkan oleh Thariq bin Ziyad, lambat laun mulai terisolir. Berbagai
kemajuan dalam bidang sains dan teknologi hanya menjadi
kenangan-kenangan manis. Kondisi Islam berbalik drastis, ibarat bintang
yang telah runtuh dari mahkotanya akibat gencetan-gencetan Kristen
Spanyol dan tidak konsistennya orang Islam sendiri.
Analisis
yang ada mencatat bahwa kemunduran Islam di Spanyol disebabkan oleh
beberapa faktor. Pertama, kelengahan para penguasa muslim. Mereka
terkena oleh kekuasaan yang didapatinya tanpa mau mengembangkan lebih
jauh, bahkan tidak siap mengantisipasi tantangan-tantangan yang datang
dari Barat. Kedua, tidak ada persatuan dan kesatuan diantara kaum
muslim. Sikap yang ditunjukkan muslim pribumi terasa tidak bersahabat
dengan muslim pendatang, bahkan seperti musuh.
Ketiga,
sistem peralihan kekuasaan yang tak jelas. Diantara ahli waris kerajaan
saling berebut tahta. Keempat, kesulitan ekonomi. Fokus pembangunan
hanya tercurah pada bidang ilmu pengetahuan. Akibatnya, ketika krisis
ekonomi melanda, mereka tak mampu bangkit lagi.
Di sisi
lain, kaum Kristen terus mengoyak-oyak kehidupan kaum muslim. Mereka
bertekad merampas kota-kota yang diduduki kaum muslim sampai seluruhnya
bisa dikuasai.
Kaum muslimin akhirnya kehilangan semua
kekuasaannya di Spanyol pada 1492. Oleh penguasa Kristen 1502
mengeluarkan perintah mengharuskan semua umat Islam masuk agama
Kristen, dan ketika ini tidak berhasil, mereka memaksakan pembatasan
brutal kepada Muslim Spanyol yang masih tersisa.
Dikutip dari berbagai sumber.
Dikutip dari berbagai sumber.
Komentar
Posting Komentar